SURABAYA, Lampung86news.com – Kordinator Nasional (Kornas) Tim Reaksi Cepat (TRC) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Bunda Naumi menyatakan sikap terkait banyaknya tindak kejahatan terhadap perempuan dan anak di beberapa daerah di Indonesia.
Sementara, dalam situasi seperti itu, kehadiran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang selanjutnya di singkat P2TP2A sangat di impikan oleh masyarakat, terutama bagi perempuan dan anak korban kekerasan
“Sebagai unit kesatuan yang menyelenggarakan fungsi pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan, P2TP2A dengan di biayai uang negara memiliki peranan sangat dominan dalam fungsinya. Namun sangat di sayangkan, nama P2TP2A sedang tercoreng karena ulah oknum petugasnya sendiri,” ujar Bunda.
Hal tersebut lanjut bunda, belum lama ini terjadi di Lampung Timur, sungguh memalukan tingkah yang seolah tak bermoral, oknum pimpinan P2TP2A yang dengan bejadnya justru mencabuli anak korban tindak kekerasan yang seharusnya ada sebagai sosok pelindung bagi korban.
“Sangat memalukan, Rumah Aman, Rumah Perlindungan, “P2TP2A” justru menjadi tempat yang menakutkan bagi para korban. So… Anehnya, beberapa laporan masuk ke TRC PPA, kinerja P2TP2A di beberapa wilayah di Indonesia tak jauh beda, banyak korban kecewa yang di dampingi oleh oknum petugasnya,” kata bunda.
Menurut bunda, banyak kasus yang tak tuntas dan menggantung menyisakan harapan semu bagi para korban. “Nah, dengan hadirnya kami TRC PPA mestinya P2TP2A merasa terbantu, karena dapat meringankan tugas dan tanggung jawabnya,” jelas bunda.
“Jadi bukan malah kehadiran kami dianggap sebagai pesaing. Kenapa demikian, takut kehilangan lahan atau takut kehilangan anggaran ?Tenang, TRC PPA bekerja tak menggunakan anggaran negara, apa yang kami lakukan adalah secara mandiri tak meminta ganti berdasar laporan banyaknya kasus dan kwitansi,” imbuhnya.
Bunda kembali mengingatkan bahwa jika tujuannya sama, harusnya mereka merasa terbantu. Karena TRC PPA bekerja dengan jiwa Nasionalisme, jiwa kemanusiaan, bukan dengan target untuk mendapatkan anggaran.
P2TP2A harusnya profesional, dan kasihan kepada pihak – pihak yang membidangi penangan kasus perempuan & anak karena terlanjur M.O.U dengan P2TP2A. Korban juga makin kebingungan mencari perlindungan. Para mitrapun mengaku bingung tatkala TRC PPA hadir, karena terlanjur M.O.U dengan P2TP2A dengan anggaran negara.
“Saya tegaskan kepada masyarakat Indonesia, bahwa kehadiran TRC PPA untuk masyarakat Indonesia.Kami juga sama dengan mereka, memfasilitaskan anggaran tiap kasus yang kami tangani, termasuk juga biaya visum,” pungkas bunda.
Sumber : Kornas TRC PPA
Editor : M. Choiri, S
Discussion about this post